Sabtu, Juli 30, 2011

PREFESIONALISME DAN DISIPLIN PRAJURIT TNI AD

PROFESIONALISME DAN DISIPLIN PRAJURIT TNI AD:
SUATU TINJAUAN DAN ANALISA
Oleh : Letkol Inf Ahmad Supriadi
Perkembangan lingkungan saat ini telah menciptakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh prajurit TNI AD. Hal ini telah membawa implikasi berupa tuntutan dan tantangan bagi prajurit TNI AD untuk meningkatkan profesionalisme dan disiplin prajurit sehingga memiliki tingkat kesiapan yang tinggi serta mampu dihadapkan pada tantangan tugas yang semakin kompleks.
I. Pendahuluan
Timbulnya berbagai kekerasan dan kerusakan (chaos) di era reformasi yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia merupakan akibat dari akumulasi tuntutan dan perbedaan kepentingan politik dari kelompok masyarakat. Hal ini menimbulkan suatu konsekuensi terhadap TNI ke dalam suatu posisi yang sangat tidak mengun tungkan. Salah satu hal mengapa TNI khususnya TNI AD telah menjadi sasaran utama dari ketidakpuasan dan antipati serta hujatan dan fitnah dari masyarakat adalah bias dari terjadinya penyimpangan peran sosial politik selama Orde Baru. Demikian juga, dampak dari pembangunan nasional dan perkembangan internasional telah menimbulkan berbagai masalah dan tantangan, serta pengaruh terhadap masya­rakat berupa tuntutan terhadap peningkatan kualitas profesional­isme di lingkungan TNI AD. Hal ini merupa­kan satu konsekuensi dari adanya berbagai perubahan di bidang politik, ekonomi dan sosial budaya. Di sisi lain, peran TNI khususnya TNI AD dalam bidang sosial politik di era Orde Baru telah membawa dampak adanya penyimpangan dari arti profesionalisme TNI yang pada dasarnya “telah merusak dan membatasi profesio­nalisme keprajuritan 1). Demikian juga adanya sikap arogansi pada diri prajurit TNI telah mencipta­kan suatu dimensi ketidaksimpa­ti­an masyarakat terhadap TNI khususnya TNI AD. Hal-hal tersebut telah mencipta­kan terjadinya penurunan profesionalisme dan disiplin prajurit TNI AD.
Degradasi profesionalisme dan disiplin prajurit TNI AD tidak terlepas dari suatu proses pembinaan di lingkungan TNI AD. Pada hakekatnya proses pembinaan yang merupakan bagian integral dari sistem pembinaan TNI AD, dilakukan untuk mewujudkan prajurit TNI AD sebagai prajurit profesional yang dilandasi oleh jati diri kejiwaan prajurit, kondisi kesehatan dan fisik yang handal dalam menyelenggara­kan fungsi TNI AD sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses pembinaan tersebut dilakukan secara terus-menerus, bertahap, bertingkat dan berlanjut dalam suatu siklus pendidikan, latihan dan penugasan yang dilakukan oleh unsur-unsur Pimpinan dan staf di jajaran satuan TNI AD.
Pembinaan ini diarahkan untuk mencapai suatu tingkat kesiapan satuan TNI AD yang tinggi untuk melaksanakan tugas 2). Namun sebenarnya upaya ini telah dilakukan melalui suatu siklus yang dimulai dari Penyediaan tenaga (Recruitment), pendidikan (Education), diorganisir (Organized), dilengkapi (Equipped), dilatih (Trained) dan ditugaskan (Duty) di satuan-satuan TNI AD. Untuk mendukung upaya pembinaan tersebut juga telah disiapkan semua piranti lunak yang diperlukan.
Melihat kenyataan di lapangan, timbul suatu pertanyaan apakah prajurit TNI AD sudah mencapai tingkat profesionalisme yang diharapkan dengan dilandasi tingkat disiplin dan kejuangan yang tinggi ? Apakah pembinaan TNI AD telah mencapai sasarannya ? Sehubungan dengan hal tersebut, pimpinan TNI AD memang telah memberikan perhatiannya terhadap kondisi profesionalisme yang dilandasi oleh disiplin dan kejuangan tinggi dari prajurit TNI AD dewasa ini. Oleh karena demikian, penulis akan membahas permasalahan tersebut melalui tinjauan dan analisa dengan judul : Profesionalisme dan Disiplin Prajurit TNI AD.
Tulisan ini akan difokuskan terhadap suatu tinjauan secara umum dan analisa dari beberapa hal-hal penting yang berhubungan dengan masalah profesionalisme dan disiplin prajurit TNI AD yang timbul secara realita dan aktual di lapangan. Kita ingin mengenali berbagai tantangan dan permasalahan yang bersifat internal dan eksternal.
II. Latar Belakang Pemikiran
Secara keseluruhan pemikiran utama tentang profesionalisme dan disiplin prajurit TNI AD akan lebih diwarnai oleh segi penglihatan yang meliputi tiga dimensi waktu, yaitu : masa lampau, sekarang dan masa depan, dengan pengertian bahwa masa sekarang sebagai akibat masa lalu dan akan menentukan masa mendatang. Berbagai evaluasi dan koreksi tentang hasil dari proses pembinan TNI AD sampai saat ini telah disampaikan. Namun, apakah pembinaan yang dilakukan mampu mencapai tuntutan yang diharapkan guna menghadapi perkembangan di masa depan yang semakin kompleks. Dengan menganggap belum tercapainya kondisi profesionalisme dan disiplin yang diharapkan sesuai hasil evaluasi yang dibuat selama ini tentang kecenderungan menurunnya kondisi tersebut, kiranya dapat dilihat secara wajar. Hal ini lebih dimungkin­kan adanya perbedaan dalam melihat terhadap permasala­h­­an sebagai akibat dari per­kembang­­an lingkungan yang terus berkembang menyesuaikan dengan globalisasi dunia di segala bidang kehidupan manusia. Kita menyadari bahwa perubahan lingkungan akan terus berkembang seiring dengan adanya tuntutan jaman. Upaya pembinaan TNI AD harus bersifat konsepsional dan terarah pada penciptaan prajurit yang profesional guna menghadapi tantang­an tugas di masa mendatang. Dengan melihat pesatnya per­kembang­an ilmu pengetahuan dan teknologi, akan semakin jelas bahwa tuntutan dari pengaruh lingkungan harus menjadi suatu pertim­bangan pokok dalam upaya membentuk prajurit TNI AD yang modern dan profesional yang berjiwa Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.
Melihat kenyataan di lapangan dan dari hasil evaluasi pelaksanaan tugas dan latihan di jajaran satuan TNI AD, bahwa degradasi profesionalisme dan disiplin prajurit TNI AD sebagai akibat dari terjadi­nya penyimpangan dari norma-norma dasar keprajuritan (Basic norms). Akibat dari adanya deviasi ini, maka perlu dikembali­kan kepada nilai-nilai dasar keprajurit­an yang menjadi norma-norma dasar bagi prajurit TNI untuk bersikap, berucap dan bertindak sebagai prajurit TNI yang profesional. Kembali ke norma dasar (back to basics) haruslah menjadi pangkal tolak dalam membina dan membangun kekuatan TNI AD. Kegiatan satuan, gerakan atau manuver besar, tidak akan punya arti apa-apa, manakala kemahiran, ketram­pilan teknis serta mutu disiplin dan semangat pengabdian individu prajurit berada pada keadaan buruk atau tidak memadai 3). Hal ini juga sejalan dengan Paradigma Baru Peran TNI yang telah me-Redefinisi, Reposisi, dan Reaktualisasi perannya untuk menja­wab berbagai tantangan dan tuntutan tugas mendatang dengan sasaran TNI (prajurit) yang profesional dan dicita-citakan.
Persepsi
Sebagai landasan pemikiran. perlu menyamakan persepsi tentang pengertian dari terminologi norma dasar (basic norms) agar ada kesamaan perspektif dalam pembahasan tulisan ini. Pengertian basics pada hakekatnya mengandung dua aspek, yaitu fisik dan non fisik.
Aspek fisik berarti norma dasar keprajuritan seperti diatur dalam KUHPM, KUHDM, TUM dan Permildas maupun ketrampilan teknis dasar yang harus dikuasai oleh Prajurit yang diatur dalam Bujuklap dan Juknik Ketrampilan. Pengertian lain dalam kaitannya dengan organisasi diartikan sebagai kemampu­an dasar manajemen dalam proses pembinaan yang telah ditetap­kan dalam system pembinaan TNI AD. Selanjutnya aspek non fisik mempunyai arti yang bersifat melekat yang menyangkut naluri kemiliteran dan nilai-nilai kejuangan TNI yang terkandung dalam Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan 8 Wajib TNI.
Perlunya Back to Basics
Dengan menganggap perlunya melakukan upaya untuk kembali ke pada norma dasar keprajuritan (back to basics), hal ini memberikan suatu pengertian adanya suatu penyim­pang­an (deviasi) dari norma dan aturan dasar yang semestinya dilakukan oleh prajurit TNI. Penyimpangan ini dapat saja terjadi di lingkungan TNI AD, baik yang bersumber secara internal maupun sebagai akibat dari adanya pengaruh dari luar secara eksternal. Untuk dapat mengatasi adanya penyim­pangan yang bersifat internal perlu dilakukan suatu analisa terhadap keseluruhan proses pembinaan di lingkungan TNI AD. Namun bila penyim­pangan internal itu terjadi di lingkungan masyarakat, maka masalahnya akan menjadi lebih kompleks sehingga memer­lukan upaya-upaya yang bersifat lintas sektoral. Oleh karena itu, dalam melihat suatu penyimpangan yang terjadi, sebaiknya ditanggapi secara wajar dan proporsional sebagai bentuk tantangan kepemimpinan dan manajemen. Kita lihat pada faktor uatama dalam suatu proses kepemimpinan, yaitu : pemimpin, yang dipimpin, komunikasi dan lingkungan. Dari titik tolak pemahaman ini, maka dalam membahas isu tentang back to basics, kita melihat dari berbagai faktor yang pada dasarnya meliputi aspek prajurit dan lingkungan.
Berbagai penilaian dan evaluasi tentang gejala menurunnya tingkat profesionalisme dan disiplin prajurit TNI AD selalu timbul dan menjadi topik utama dalam setiap pembica­raan dan diskusi di semua tingkat satuan TNI AD. Hal ini sebenarnya telah menunjukkan bahwa isu tersebut menjadi hal yang menarik sekaligus merupakan suatu tantangan untuk dibahas dan dijawab sebagai kepedulian kita dalam meningkatkan profesionalisme prajurit dengan melakukan upaya pembinaan terus menerus sesuai dengan tuntutan dan perkembangan lingkungan.
Mencermati perkembangan yang terjadi, kita dituntut untuk ikut berperan secara aktif sebagai suatu tanggung jawab moral terhadap peningkatan profesio­nalisme prajurit. Tuntutan terhadap profesionalisme prajurit ini sebenarnya sebagai akibat dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Sesuai dengan fungsinya, prajurit TNI AD dituntut kemampuan­nya dalam melaksana­kan tugas-tugas yang diemban. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga menuntut prajurit untuk mampu melakukan adaptasi serta peningkatan kemampuan profesionalismenya.
III. Permasalahan Yang Dihadapi
Melihat berbagai permasalahan atau adanya penyimpangan-penyimpangan yang selalu dihadapi oleh setiap organisasi termasuk di dalamnya TNI AD, bila diamati secara mendalam pada dasarnya meliputi hal-hal yang berkaitan dengan aspek profesionalisme, disiplin dan nilai-nilai kejuangan atau aspek yang bersifat fisik dan non fisik. Mulai dari hal-hal yang bersifat teknis (mikro) sampai pada masalah-masalah lain yang bersifat makro, termasuk di bidang organisasi dan manajemen.
Tuntutan agar prajurit TNI AD memiliki profesionalisme sesuai bidang tugasnya dengan dilandasi tingkat disiplin yang tinggi adalah merupakan suatu keharusan dan tidak ada toleransi lain. Bila kita lihat berbagai pelanggaran dan kesalahan prosedur yang dilakukan oleh prajurit dalam melaksanakan tugas-tugas keamanan dalam negeri akhir-akhir ini adalah diakibatkan dari kurangnya profesionalisme dan disiplin prajurit TNI AD terhadap tugasnya.
Di sisi lain ada beberapa hal yang dapat kita katakan sebagai suatu penyimpangan dari suatu norma-norma dasar keprajuritan yang dapat diamati terjadi di lapangan, misalnya adanya prajurit yang tidak menghormat atasannya, berpakaian dan bertingkah laku yang tidak sesuai dengan norma atau ketentuan, kurang menguasai ketrampilan prajurit yang bersifat teknis, kurang memahami akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai prajurit, dan sebagainya. Demikian juga melihat beberapa kasus yang terjadi di tanah air yang melibatkan prajurit TNI AD, seperti kasus Trisakti, Semanggi, Aceh, Dili, Ambon dan beberapa kasus yang terjadi di tempat lain, menunjukkan adanya kelemahan dalam menangani tugas-tugas keamanan, dalam arti kurang mampu melaksanakan tugas-tugasnya secara profesional. Namun demikian, patut disadari bahwa semua permasalahan yang dihadapi TNI AD pada dasarnya tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan suatu akumulasi dari proses pembinaan yang menyangkut bidang-bidang lain seperti politik, ekonomi dan sosial budaya.
Kepemimpinan
Gejala penurunan tingkat profesio­nalisme dan disiplin prajurit yang terjadi tidak terlepas dari tanggung jawab dan efektifitas kepemimpinan dalam arti luas. Indikasi yang dapat kita lihat di lapangan seperti : menurunnya semangat dan kepercayaan diri, kinerja kepemimpinan, kejenuhan, ketidakpuasan, adanya gaya kepemim­pi­nan yang kurang memaha­mi kemam­puan diri, bawah­an maupun lingkungannya. Aspek lain adalah adanya pencer­min­an gaya kepemimpinan yang kurang efektif bila dilihat dari segi strategi kepemimpinan, yaitu kurangnya kemam­puan memainkan tiga keahlian : manajemen yang baik, bekerja dengan orang lain secara efektif dan mempunyai visi ke depan
Manajemen
Secara objektif sebenarnya manajemen TNI AD dalam hal profesio­nalisme dan disiplin, secara makro dapat dikatakan sudah memadai. Penyiapan piranti lunak telah dan sedang diupayakan secara maksimal melalui validasi buku-buku petunjuk dan piranti lunak lainnya di lingkungan TNI AD 6). Namun perlu disadari bahwa secara umum masih banyak terjadi penyimpangan sebagai akibat dari kurangnya kemampuan dan kualitas pemimpin dan pendidik dalam melaksanakan manajemen operasional. Penyim­pangan itulah yang perlu dibenahi kembali dalam konteks back to basics. Upaya penyempurnaan-penyempurnaan di segala aspek pembinaan yang dilakukan harus diarahkan untuk menciptakan inovasi dan iklim yang sesuai dengan perkembangan keadaan dan tantangan tugas di masa datang.
Penyediaan Tenaga
Dalam proses penyediaan tenaga (recruitment), masih terdapat hal-hal yang meragukan tentang motivasi dan latar belakang calon prajurit. Hal ini didasari oleh beberapa indikasi adanya suatu kecenderungan motivasi calon kurang dilandasi suatu keinginan kuat dengan kebanggaan untuk menjadi prajurit TNI AD, bukan sekedar mencari lapangan kerja. Karena itu proses seleksi akan menentukan untuk mendapatkan kualitas masukan yang baik dan potensial (raw input quality) sehingga akan menunjang proses pendidikan dengan output sebagai prajurit TNI AD yang profesional. Hakekatnya, kualitas awal calon prajurit memang sangat menentukan dalam upaya perolehan hasil didik yang baik. Karena itu, persyaratan perlu ditinjau kembali dengan pertimbangan bila dihadapkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini dan yang akan datang.
IV. Faktor Berpengaruh
Perkembangan dewasa ini, khususnya pada era reformasi, jaman telah berubah. Perkembangan lingkungan di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, termasuk perkemba­ngan ilmu pengetahuan dan teknologi menunjukkan suatu kenyataan bahwa tuntutan dan tantangan semakin kompleks. Gejala ke­khawa­ti­r­an tentang adanya erosi dan degradasi profesionalisme dan disiplin prajurit, sudah sewajarnya dilihat sebagai akibat logis dari adanya perkembangan khususnya di bidang teknologi militer secara global 7). Kualitas dan bentuk profesionalisme TNI AD juga semakin kompleks. Namun, juga harus diakui bahwa pengaruh lingkungan masyarakat terutama tuntutan kebutuhan sosial ekonomi, ikut mempengaruhi corak dan sifat kejuangan yang berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Kiranya sangat bijaksana bila kita melihat masalah ini dari perspektif masa kini, khususnya dalam upaya memelihara nilai-nilai kejuangan, disiplin dan profesionalisme keprajuritan yang memang diperlukan baik masa kini dan masa mendatang .
Perkembangan Lingkungan Strategis.
Perkembangan lingkungan secara global ditandai dengan meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah mempercepat proses globalisasi. Hal ini telah mempengaruhi pola hidup dan tuntutan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk dapat mengikuti perkem­bangan tersebut.
1. Internasional
a. Globalisasi dunia telah membawa dampak perubahan pada corak dan pola hidup dan kepentingan masyara­kat dunia sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan tersebut pada gilirannya akan berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia dengan segala konsekuensi­nya.
b. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM). Per­kembangan masyarakat dunia secara global telah membawa negara-negara Barat ke arah perubahan yang lebih demokratis dan transparan. Amerika Serikat yang menganggap dirinya sebagai negara demokrasi dan pahlawan penegak HAM, telah memain­kan perannya dalam percaturan dunia dengan banyaknya ikut campur masalah-masalah negara lain termasuk di dalamnya masalah demokrasi dan penegakan HAM. Hal ini telah membawa konsekuensi terhadap negara-negara berkembang, termasuk Indonesia yang mau tidak mau ikut bermain sesuai dengan peran yang sedang dimainkan oleh Amerika Serikat sebagai negara adi kuasa.
2. Nasional.
a. Perubahan global yang dramatis telah mendorong bangsa Indonesia untuk melakukan reformasi secara menyeluruh di segala aspek kehidupan dengan ditandai adanya berbagai tuntutan seperti demokratisasi, HAM, Hukum dan termasuk di dalamnya tuntutan terhadap TNI, khususnya TNI AD untuk melakukan reformasi internal. Akhir-akhir ini, TNI AD telah menjadi sasaran kritikan dan hujatan oleh sebagian kelom­pok masyarakat tertentu yang meng­ang­gap bahwa TNI AD telah banyak melanggar HAM dan tidak demokratis.
b. Tuntutan kebutuhan dan aspirasi masyarakat semakin berkembang dan meningkat sehingga menimbulkan berbagai masalah dan tantangan bagi Pemerintah dalam skala politik dan ekonomi secara luas. Kondisi seperti ini telah menciptakan suatu tantangan kepada TNI AD sebagai bagian integral TNI untuk mampu mengatasi kerawanan-kerawa­nan yang menga­rah kepada instabilitas nasional dan disintegrasi politik. Oleh karena demikian, prajurit TNI AD dituntut untuk lebih meningkat­kan kepekaan dan kemampuan sesuai bidang tugas yang diemban demi kepentingan bangsa dan negara.
V. Peningkatan Profesionalisme Dan Disiplin
Peningkatan profesionalisme dan disiplin prajurit TNI AD pada memerlukan suatu upaya yang terpadu dan prinsipnya berkesinam- bungan antara satu unsur dengan unsur lain yang terkait untuk mencapai sasaran yang diinginkan yaitu prajurit yang profesional yang dilandasi disiplin tinggi sesuai dengan tuntutan perubahan lingkun­gan.Profesionalisme dan disiplin yang merupakan dua hal penting yang terkait harus dimiliki prajurit TNI AD dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam Ketetapan MPR Nomor VII / 2000 . Kita sadari bahwa proses pencapaian sasaran selalu mengalami berbagai hambatan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan berbagai pemecahan mulai proses penyediaan tenaga (Diaga), Pendidikan, Latihan, sampai dengan proses pembinaan di satuan lingkungan TNI AD.
Upaya yang Dilaksanakan.
1. Aspek Profesionalisme. Profesionalisme berasal dari kata dasar profesi yang berarti suatu pekerjaan tertentu yang menuntut suatu keahlian tertentu dan kualifikasi tertentu melalui jenjang pendidikan dan pelatihan tertentu sehingga mampu melakukan jenis pekerjaan tertentu dan oleh karena demikian dibayar dengan pendapatan tertentu pula. Dengan demikian, profesional­is­me memerlukan adanya suatu kualifikasi (keahlian) yang diperoleh dari hasil pendidikan dan latihan.
Profesionalisme memerlukan disiplin, di mana dengan disiplin segala keharusan, tuntutan dan larangan dapat dipenuhi. Disiplin dan profesionalisme adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, di mana antara satu dengan yang lainnya saling mendukung. Di sisi lain bahwa profesionalisme juga menuntut adanya suatu keahlian tertentu (Expertise), tanggung jawab (Responsibility) dan kerjasama (Corporateness) 10). Oleh karena demikian, dapat kita lihat bahwa peningkatan profesionalisme prajurit dapat diperoleh dan ditingkatkan melalui suatu pendidikan dan latihan baik yang bersifat formal maupun informal di lingkungan satuan TNI AD maupun lembaga pendidikan yang efektif dan efisien dengan didasari disiplin yang tinggi.
Pembinaan dan peningkatan profesionalisme prajurit harus dilakukan secara berkesinambungan melalui suatu sistem dan pola yang beku sesuai kebutuhan dan tuntutan tugas yang berkembang masa kini (era reformasi) dan harus dihindari cara-cara yang berorientasi kepada selera individu (pimpinan). Hal tersebut perlu ditempatkan dan dikembalikan kepada sendi-sendi yang mendasari tentang keprajuritan. beberapa langkah yang perlu dipedomani di samping aspek-aspek lain (secara makro) dalam pembinaan dan peningkatan profesionalisme prajurit antara lain :
a. Penyediaan Tenaga (recruitment process). Proses penjaringan personel yang terarah dan konsisten pada aturan di mana proses seleksi menjadi sangat penting dan menentukan untuk memperoleh masukan yang lebih baik dan dan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil pembi­naan TNI AD. Oleh karena itu, upaya perbaikan manajemen operasional dalam proses tersebut harus dilakukan dengan sebaik-baiknya dengan menin­jau kembali kegiatan administratif proses seleksi pendidikan pembentukan. Stadarisasi dan persyaratan harus diarahkan pada upaya untuk menjaring calon yang lebih baik dan dapat diper­tanggung­ jawab­kan di lapangan. Mengingat perke­mba­ng­an teknologi yang menuntut sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, bahwa perlu dipertimbangkan penjari­ng­an calon prajurit (raw input) yang berpendidikan memadai dan potensi untuk dikem­bangkan serta melihat aspek psikologi dan kategori kepriba­di­an­nya yang dewasa.
b. Pemanfaatan dan pengua­s­aan kemajuan ilmu pengetah­uan dan teknologi serta sarana informasi lain yang dapat digunakan dalam mendu­kung peningkatan profesionalis­me prajurit. Dengan kata lain bahwa profesionalisme prajurit akan mening­kat karena interaksi kondisi lingkungan yang kondusif dengan adanya niat dan motivasi prajurit untuk lebih maju.
c. Unsur pimpinan satuan TNI AD sebagai pengguna hasil didik dan latihan di lembaga pendidikan untuk melanjutkan dan meningkatkan ketrampilan prajurit melalui pendidikan dan latihan dalam satuan baik terprogram maupun sesuai kebutuhan.
d. Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan yang merupakan sumber dan wadah untuk membentuk dan mengembangkan serta melatih dasar-dasar ketrampilan prajurit sesuai bidang perlu ditata kembali agar dapat mencipta­kan out put hasil didik yang profesional dengan pemenuhan sarana dan prasarana yang diperlukan secara efektif dan efisien. Proses pendidikan dan latihan ini merupakan suatu tahapan dalam siklus pembinaan TNI AD untuk menyiapkan prajurit yang profesional di bidangnya untuk dihadapkan pada lapang­an penu­gas­an. Oleh karena demikian, fungsi dan peran guru/pelatih menjadi sangat penting harus diambil dan prajurit yang terpilih dan profesional.
e. Untuk dapat berbicara di lingkungan global sesuai dengan perkembangan dunia, perlu bagi prajurit TNI AD untuk diberikan kesempatan yang lebih luas untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya melalui pendidikan dan latihan di luar TNI AD baik di dalam maupun di luar negeri.
f. Penggunaan personel melalui sistem TOA (Tour Of Area) dan TOD (Tour Of Duty) yang tepat dan memadai. Sistem ini merupakan sistem penugasan bagi personel militer, yang merupakan variasi dari bidang penugasan atau alih tugas. Hal ini diharapkan prajurit akan memperoleh suatu wawasan dan cakrawala pandang yang luas serta mampu mengaplikasi­kan ilmu pengeta­huan dan ketrampilan keprajuritan sesuai dengan bidang dan lapangan penugasan
2. Aspek Disiplin. Disiplin (discipline) yang merupakan suatu ketaatan dan kepatuhan terhadap suatu norma, hukum ataupun ketentuan-ketentuan lain yang berlaku harus dilakukan atas dasar kesadaran untuk melakukan sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya sebagai prajurit TNI AD. Dengan kata lain bahwa prajurit harus mampu mengendalikan diri 11) untuk selalu melaksanakan semua aturan yang berlaku tanpa ada paksaan dan harus tetap berpedo­man pada sendi-sendi Sapta Marga dan Sumpah Prajurit 12).
Namun demikian, dalam upaya untuk mendapatkan prajurit yang berdisiplin tinggi perlu suatu dorongan baik dari individu prajurit (internal) maupun dari luar (eksternal). Dorongan kuat dari dalam timbul dari adanya suatu kesadaran individu yang kuat tentang disiplin itu sendiri. Hal ini memerlukan suatu peran pimpinan (power) dalam suatu lingkungan tertentu dalam mencip­takan kondisi yang menuntut adanya kesadaran dari prajurit melakukan perbuatan sesuai aturan yang berlaku. Sehingga diri prajurit akan mendapat­kan out put rasa aman dan nyaman dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan dorongan kuat dari luar timbul sebagai akibat dari pengaruh luar baik dari unsur pimpinan maupun lingkungan.
Untuk menghindari adanya konflik-konflik internal dan eksternal sebagai akibat dari adanya disiplin kaku (mati), perlu adanya suatu kemampuan dalam kepemimpinan dari unsur pimpinan untuk mencipta­kan kondisi rasa aman dan nyaman dari prajurit untuk melaksanakan tugasnya atas dasar keyakinan akan kebenaran sesuai aturan yang berlaku dengan memberikan toleransi, ruang gerak, inovasi dan kreasi dari prajurit, sehingga akan tercipta suatu disiplin yang luwes (fleksibel). Ada beberapa langkah-langkah lain yang dapat ditempuh secara teratur dan berkesinambungan sesuai dengan norma-norma dasar keprajuritan antara lain :
a. Penanaman kesadaran prajurit akan pentingnya disiplin dalam kehidupan keprajuritan dan kemasyarakatan yang mensyaratkan prajurit akan selalu menjadi contoh dan teladan bagi lingkungan masyara­kat.
b. Pemberian pemahaman (sosi­alisasi) aturan-aturan yang berkaitan dengan disiplin keprajuritan yang berlaku terhadap prajurit dan keluarga dengan dibarengi adanya suatu penghargaan dan hukuman (reward and punishment).
3. Aspek Kepemimpinan. Peningkatan kualitas kepemimpinan memiliki peran yang penting dan menentukan karena berfungsi sebagai titik sentral dalam upaya pembinaan. Oleh karena demikian, maka upaya dapat diarahkan dengan cara meningkatkan pemahaman bagi seluruh pelaku manajemen di lingkungan TNI AD. Dalam mendukung efektifitas fungsi dan peran komando, maka pembinaan prajurit harus dikembangkan berdasarkan golongan baik Perwira, Bintara maupun Tamtama untuk meningkatkan fungsi dan peran masing-masing, yaitu melalui : rumusan fungsi yang jelas, tugas dan tanggung jawab serta kewenangan­nya serta mengem­bang­kan pendidi­kan yang bersifat pengemba­ngan umum dalam system pendidikan sesuai golongan. Karena itu, pola karir prajurit TNI AD harus mengarah pada pembentukan profesionalisme.
4. Aspek Kesejahteraan. Aspek ini mempunyai pengaruh langsung terhadap upaya peningkatan profesionalisme, disiplin serta motivasi dan kejuangan prajurit. Perhatian dan tindakan yang sungguh-sungguh dalam memecah­kan masalah kesejahteraan akan menentukan pencapaian upaya tersebut. Aspek kesejahteraan prajurit pada dasarnya menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan kehidupan prajurit dan keluarga. Oleh karena itu, dapat dikembangkan cara-cara untuk meningkatkan aspek kesejahteraan melalui upaya-upaya perbaikan dan pemenuhan akan kebutuhan mendasar prajurit, penyediaan sarana dan prasarana umum serta perbaikan lain yang mendukung langsung moril dan kesejahteraan prajurit sesuai dengan kemampuan.
VI. Penutup
1. Kesimpulan
a. Gerakan back to basics merupa­kan langkah awal dalam upaya pencapaian tujuan pembinaan TNI AD dalam penciptaan prajurit yang profesional dengan dilandasi disiplin yang tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk mengem­balikan jati diri prajurit profesional dengan dilandasi disiplin yang tinggi sebagai akibat dari adanya degradasi dan deviasi yang terjadi serta akibat dari pengaruh perubahan lingkungan.
b. Perkembangan lingkungan saat ini telah menciptakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh prajurit TNI AD. Hal ini telah membawa implikasi berupa tuntutan dan tantangan bagi prajurit TNI AD untuk meningkatkan profesionalisme dan disiplin prajurit sehingga memiliki tingkat kesiapan yang tinggi serta mampu dihadapkan pada tantangan tugas yang semakin kompleks.
c. Pembinaan TNI AD lebih diarahkan kepada pencapaian profesionalisme secara individu maupun organisasi, yang dimulai dari proses penyediaan tenaga (recruitment) sampai dengan proses pembinaan (diaga, pendidikan, penggunaan dan pemisahan)
2. Saran
Untuk mencapai profesionalisme prajurit TNI AD dengan dilandasi disiplin yang tinggi, maka perlu :
a. Penataan Doktrin yang tepat.
b. Penyiapan SDM.
c. Penataan Organisasi Militer yang disesuaikan dengan Tupok.
Sumber : http://www.mabesad.mil.id
PROFESIONALISME DAN DISIPLIN PRAJURIT TNI AD:
SUATU TINJAUAN DAN ANALISA
Oleh : Letkol Inf Ahmad Supriadi
Perkembangan lingkungan saat ini telah menciptakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh prajurit TNI AD. Hal ini telah membawa implikasi berupa tuntutan dan tantangan bagi prajurit TNI AD untuk meningkatkan profesionalisme dan disiplin prajurit sehingga memiliki tingkat kesiapan yang tinggi serta mampu dihadapkan pada tantangan tugas yang semakin kompleks.
I. Pendahuluan
Timbulnya berbagai kekerasan dan kerusakan (chaos) di era reformasi yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia merupakan akibat dari akumulasi tuntutan dan perbedaan kepentingan politik dari kelompok masyarakat. Hal ini menimbulkan suatu konsekuensi terhadap TNI ke dalam suatu posisi yang sangat tidak mengun tungkan. Salah satu hal mengapa TNI khususnya TNI AD telah menjadi sasaran utama dari ketidakpuasan dan antipati serta hujatan dan fitnah dari masyarakat adalah bias dari terjadinya penyimpangan peran sosial politik selama Orde Baru. Demikian juga, dampak dari pembangunan nasional dan perkembangan internasional telah menimbulkan berbagai masalah dan tantangan, serta pengaruh terhadap masya­rakat berupa tuntutan terhadap peningkatan kualitas profesional­isme di lingkungan TNI AD. Hal ini merupa­kan satu konsekuensi dari adanya berbagai perubahan di bidang politik, ekonomi dan sosial budaya. Di sisi lain, peran TNI khususnya TNI AD dalam bidang sosial politik di era Orde Baru telah membawa dampak adanya penyimpangan dari arti profesionalisme TNI yang pada dasarnya “telah merusak dan membatasi profesio­nalisme keprajuritan 1). Demikian juga adanya sikap arogansi pada diri prajurit TNI telah mencipta­kan suatu dimensi ketidaksimpa­ti­an masyarakat terhadap TNI khususnya TNI AD. Hal-hal tersebut telah mencipta­kan terjadinya penurunan profesionalisme dan disiplin prajurit TNI AD.
Degradasi profesionalisme dan disiplin prajurit TNI AD tidak terlepas dari suatu proses pembinaan di lingkungan TNI AD. Pada hakekatnya proses pembinaan yang merupakan bagian integral dari sistem pembinaan TNI AD, dilakukan untuk mewujudkan prajurit TNI AD sebagai prajurit profesional yang dilandasi oleh jati diri kejiwaan prajurit, kondisi kesehatan dan fisik yang handal dalam menyelenggara­kan fungsi TNI AD sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses pembinaan tersebut dilakukan secara terus-menerus, bertahap, bertingkat dan berlanjut dalam suatu siklus pendidikan, latihan dan penugasan yang dilakukan oleh unsur-unsur Pimpinan dan staf di jajaran satuan TNI AD.
Pembinaan ini diarahkan untuk mencapai suatu tingkat kesiapan satuan TNI AD yang tinggi untuk melaksanakan tugas 2). Namun sebenarnya upaya ini telah dilakukan melalui suatu siklus yang dimulai dari Penyediaan tenaga (Recruitment), pendidikan (Education), diorganisir (Organized), dilengkapi (Equipped), dilatih (Trained) dan ditugaskan (Duty) di satuan-satuan TNI AD. Untuk mendukung upaya pembinaan tersebut juga telah disiapkan semua piranti lunak yang diperlukan.
Melihat kenyataan di lapangan, timbul suatu pertanyaan apakah prajurit TNI AD sudah mencapai tingkat profesionalisme yang diharapkan dengan dilandasi tingkat disiplin dan kejuangan yang tinggi ? Apakah pembinaan TNI AD telah mencapai sasarannya ? Sehubungan dengan hal tersebut, pimpinan TNI AD memang telah memberikan perhatiannya terhadap kondisi profesionalisme yang dilandasi oleh disiplin dan kejuangan tinggi dari prajurit TNI AD dewasa ini. Oleh karena demikian, penulis akan membahas permasalahan tersebut melalui tinjauan dan analisa dengan judul : Profesionalisme dan Disiplin Prajurit TNI AD.
Tulisan ini akan difokuskan terhadap suatu tinjauan secara umum dan analisa dari beberapa hal-hal penting yang berhubungan dengan masalah profesionalisme dan disiplin prajurit TNI AD yang timbul secara realita dan aktual di lapangan. Kita ingin mengenali berbagai tantangan dan permasalahan yang bersifat internal dan eksternal.
II. Latar Belakang Pemikiran
Secara keseluruhan pemikiran utama tentang profesionalisme dan disiplin prajurit TNI AD akan lebih diwarnai oleh segi penglihatan yang meliputi tiga dimensi waktu, yaitu : masa lampau, sekarang dan masa depan, dengan pengertian bahwa masa sekarang sebagai akibat masa lalu dan akan menentukan masa mendatang. Berbagai evaluasi dan koreksi tentang hasil dari proses pembinan TNI AD sampai saat ini telah disampaikan. Namun, apakah pembinaan yang dilakukan mampu mencapai tuntutan yang diharapkan guna menghadapi perkembangan di masa depan yang semakin kompleks. Dengan menganggap belum tercapainya kondisi profesionalisme dan disiplin yang diharapkan sesuai hasil evaluasi yang dibuat selama ini tentang kecenderungan menurunnya kondisi tersebut, kiranya dapat dilihat secara wajar. Hal ini lebih dimungkin­kan adanya perbedaan dalam melihat terhadap permasala­h­­an sebagai akibat dari per­kembang­­an lingkungan yang terus berkembang menyesuaikan dengan globalisasi dunia di segala bidang kehidupan manusia. Kita menyadari bahwa perubahan lingkungan akan terus berkembang seiring dengan adanya tuntutan jaman. Upaya pembinaan TNI AD harus bersifat konsepsional dan terarah pada penciptaan prajurit yang profesional guna menghadapi tantang­an tugas di masa mendatang. Dengan melihat pesatnya per­kembang­an ilmu pengetahuan dan teknologi, akan semakin jelas bahwa tuntutan dari pengaruh lingkungan harus menjadi suatu pertim­bangan pokok dalam upaya membentuk prajurit TNI AD yang modern dan profesional yang berjiwa Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.
Melihat kenyataan di lapangan dan dari hasil evaluasi pelaksanaan tugas dan latihan di jajaran satuan TNI AD, bahwa degradasi profesionalisme dan disiplin prajurit TNI AD sebagai akibat dari terjadi­nya penyimpangan dari norma-norma dasar keprajuritan (Basic norms). Akibat dari adanya deviasi ini, maka perlu dikembali­kan kepada nilai-nilai dasar keprajurit­an yang menjadi norma-norma dasar bagi prajurit TNI untuk bersikap, berucap dan bertindak sebagai prajurit TNI yang profesional. Kembali ke norma dasar (back to basics) haruslah menjadi pangkal tolak dalam membina dan membangun kekuatan TNI AD. Kegiatan satuan, gerakan atau manuver besar, tidak akan punya arti apa-apa, manakala kemahiran, ketram­pilan teknis serta mutu disiplin dan semangat pengabdian individu prajurit berada pada keadaan buruk atau tidak memadai 3). Hal ini juga sejalan dengan Paradigma Baru Peran TNI yang telah me-Redefinisi, Reposisi, dan Reaktualisasi perannya untuk menja­wab berbagai tantangan dan tuntutan tugas mendatang dengan sasaran TNI (prajurit) yang profesional dan dicita-citakan.
Persepsi
Sebagai landasan pemikiran. perlu menyamakan persepsi tentang pengertian dari terminologi norma dasar (basic norms) agar ada kesamaan perspektif dalam pembahasan tulisan ini. Pengertian basics pada hakekatnya mengandung dua aspek, yaitu fisik dan non fisik.
Aspek fisik berarti norma dasar keprajuritan seperti diatur dalam KUHPM, KUHDM, TUM dan Permildas maupun ketrampilan teknis dasar yang harus dikuasai oleh Prajurit yang diatur dalam Bujuklap dan Juknik Ketrampilan. Pengertian lain dalam kaitannya dengan organisasi diartikan sebagai kemampu­an dasar manajemen dalam proses pembinaan yang telah ditetap­kan dalam system pembinaan TNI AD. Selanjutnya aspek non fisik mempunyai arti yang bersifat melekat yang menyangkut naluri kemiliteran dan nilai-nilai kejuangan TNI yang terkandung dalam Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan 8 Wajib TNI.
Perlunya Back to Basics
Dengan menganggap perlunya melakukan upaya untuk kembali ke pada norma dasar keprajuritan (back to basics), hal ini memberikan suatu pengertian adanya suatu penyim­pang­an (deviasi) dari norma dan aturan dasar yang semestinya dilakukan oleh prajurit TNI. Penyimpangan ini dapat saja terjadi di lingkungan TNI AD, baik yang bersumber secara internal maupun sebagai akibat dari adanya pengaruh dari luar secara eksternal. Untuk dapat mengatasi adanya penyim­pangan yang bersifat internal perlu dilakukan suatu analisa terhadap keseluruhan proses pembinaan di lingkungan TNI AD. Namun bila penyim­pangan internal itu terjadi di lingkungan masyarakat, maka masalahnya akan menjadi lebih kompleks sehingga memer­lukan upaya-upaya yang bersifat lintas sektoral. Oleh karena itu, dalam melihat suatu penyimpangan yang terjadi, sebaiknya ditanggapi secara wajar dan proporsional sebagai bentuk tantangan kepemimpinan dan manajemen. Kita lihat pada faktor uatama dalam suatu proses kepemimpinan, yaitu : pemimpin, yang dipimpin, komunikasi dan lingkungan. Dari titik tolak pemahaman ini, maka dalam membahas isu tentang back to basics, kita melihat dari berbagai faktor yang pada dasarnya meliputi aspek prajurit dan lingkungan.
Berbagai penilaian dan evaluasi tentang gejala menurunnya tingkat profesionalisme dan disiplin prajurit TNI AD selalu timbul dan menjadi topik utama dalam setiap pembica­raan dan diskusi di semua tingkat satuan TNI AD. Hal ini sebenarnya telah menunjukkan bahwa isu tersebut menjadi hal yang menarik sekaligus merupakan suatu tantangan untuk dibahas dan dijawab sebagai kepedulian kita dalam meningkatkan profesionalisme prajurit dengan melakukan upaya pembinaan terus menerus sesuai dengan tuntutan dan perkembangan lingkungan.
Mencermati perkembangan yang terjadi, kita dituntut untuk ikut berperan secara aktif sebagai suatu tanggung jawab moral terhadap peningkatan profesio­nalisme prajurit. Tuntutan terhadap profesionalisme prajurit ini sebenarnya sebagai akibat dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Sesuai dengan fungsinya, prajurit TNI AD dituntut kemampuan­nya dalam melaksana­kan tugas-tugas yang diemban. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga menuntut prajurit untuk mampu melakukan adaptasi serta peningkatan kemampuan profesionalismenya.
III. Permasalahan Yang Dihadapi
Melihat berbagai permasalahan atau adanya penyimpangan-penyimpangan yang selalu dihadapi oleh setiap organisasi termasuk di dalamnya TNI AD, bila diamati secara mendalam pada dasarnya meliputi hal-hal yang berkaitan dengan aspek profesionalisme, disiplin dan nilai-nilai kejuangan atau aspek yang bersifat fisik dan non fisik. Mulai dari hal-hal yang bersifat teknis (mikro) sampai pada masalah-masalah lain yang bersifat makro, termasuk di bidang organisasi dan manajemen.
Tuntutan agar prajurit TNI AD memiliki profesionalisme sesuai bidang tugasnya dengan dilandasi tingkat disiplin yang tinggi adalah merupakan suatu keharusan dan tidak ada toleransi lain. Bila kita lihat berbagai pelanggaran dan kesalahan prosedur yang dilakukan oleh prajurit dalam melaksanakan tugas-tugas keamanan dalam negeri akhir-akhir ini adalah diakibatkan dari kurangnya profesionalisme dan disiplin prajurit TNI AD terhadap tugasnya.
Di sisi lain ada beberapa hal yang dapat kita katakan sebagai suatu penyimpangan dari suatu norma-norma dasar keprajuritan yang dapat diamati terjadi di lapangan, misalnya adanya prajurit yang tidak menghormat atasannya, berpakaian dan bertingkah laku yang tidak sesuai dengan norma atau ketentuan, kurang menguasai ketrampilan prajurit yang bersifat teknis, kurang memahami akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai prajurit, dan sebagainya. Demikian juga melihat beberapa kasus yang terjadi di tanah air yang melibatkan prajurit TNI AD, seperti kasus Trisakti, Semanggi, Aceh, Dili, Ambon dan beberapa kasus yang terjadi di tempat lain, menunjukkan adanya kelemahan dalam menangani tugas-tugas keamanan, dalam arti kurang mampu melaksanakan tugas-tugasnya secara profesional. Namun demikian, patut disadari bahwa semua permasalahan yang dihadapi TNI AD pada dasarnya tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan suatu akumulasi dari proses pembinaan yang menyangkut bidang-bidang lain seperti politik, ekonomi dan sosial budaya.
Kepemimpinan
Gejala penurunan tingkat profesio­nalisme dan disiplin prajurit yang terjadi tidak terlepas dari tanggung jawab dan efektifitas kepemimpinan dalam arti luas. Indikasi yang dapat kita lihat di lapangan seperti : menurunnya semangat dan kepercayaan diri, kinerja kepemimpinan, kejenuhan, ketidakpuasan, adanya gaya kepemim­pi­nan yang kurang memaha­mi kemam­puan diri, bawah­an maupun lingkungannya. Aspek lain adalah adanya pencer­min­an gaya kepemimpinan yang kurang efektif bila dilihat dari segi strategi kepemimpinan, yaitu kurangnya kemam­puan memainkan tiga keahlian : manajemen yang baik, bekerja dengan orang lain secara efektif dan mempunyai visi ke depan
Manajemen
Secara objektif sebenarnya manajemen TNI AD dalam hal profesio­nalisme dan disiplin, secara makro dapat dikatakan sudah memadai. Penyiapan piranti lunak telah dan sedang diupayakan secara maksimal melalui validasi buku-buku petunjuk dan piranti lunak lainnya di lingkungan TNI AD 6). Namun perlu disadari bahwa secara umum masih banyak terjadi penyimpangan sebagai akibat dari kurangnya kemampuan dan kualitas pemimpin dan pendidik dalam melaksanakan manajemen operasional. Penyim­pangan itulah yang perlu dibenahi kembali dalam konteks back to basics. Upaya penyempurnaan-penyempurnaan di segala aspek pembinaan yang dilakukan harus diarahkan untuk menciptakan inovasi dan iklim yang sesuai dengan perkembangan keadaan dan tantangan tugas di masa datang.
Penyediaan Tenaga
Dalam proses penyediaan tenaga (recruitment), masih terdapat hal-hal yang meragukan tentang motivasi dan latar belakang calon prajurit. Hal ini didasari oleh beberapa indikasi adanya suatu kecenderungan motivasi calon kurang dilandasi suatu keinginan kuat dengan kebanggaan untuk menjadi prajurit TNI AD, bukan sekedar mencari lapangan kerja. Karena itu proses seleksi akan menentukan untuk mendapatkan kualitas masukan yang baik dan potensial (raw input quality) sehingga akan menunjang proses pendidikan dengan output sebagai prajurit TNI AD yang profesional. Hakekatnya, kualitas awal calon prajurit memang sangat menentukan dalam upaya perolehan hasil didik yang baik. Karena itu, persyaratan perlu ditinjau kembali dengan pertimbangan bila dihadapkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini dan yang akan datang.
IV. Faktor Berpengaruh
Perkembangan dewasa ini, khususnya pada era reformasi, jaman telah berubah. Perkembangan lingkungan di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, termasuk perkemba­ngan ilmu pengetahuan dan teknologi menunjukkan suatu kenyataan bahwa tuntutan dan tantangan semakin kompleks. Gejala ke­khawa­ti­r­an tentang adanya erosi dan degradasi profesionalisme dan disiplin prajurit, sudah sewajarnya dilihat sebagai akibat logis dari adanya perkembangan khususnya di bidang teknologi militer secara global 7). Kualitas dan bentuk profesionalisme TNI AD juga semakin kompleks. Namun, juga harus diakui bahwa pengaruh lingkungan masyarakat terutama tuntutan kebutuhan sosial ekonomi, ikut mempengaruhi corak dan sifat kejuangan yang berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Kiranya sangat bijaksana bila kita melihat masalah ini dari perspektif masa kini, khususnya dalam upaya memelihara nilai-nilai kejuangan, disiplin dan profesionalisme keprajuritan yang memang diperlukan baik masa kini dan masa mendatang .
Perkembangan Lingkungan Strategis.
Perkembangan lingkungan secara global ditandai dengan meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah mempercepat proses globalisasi. Hal ini telah mempengaruhi pola hidup dan tuntutan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk dapat mengikuti perkem­bangan tersebut.
1. Internasional
a. Globalisasi dunia telah membawa dampak perubahan pada corak dan pola hidup dan kepentingan masyara­kat dunia sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan tersebut pada gilirannya akan berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia dengan segala konsekuensi­nya.
b. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM). Per­kembangan masyarakat dunia secara global telah membawa negara-negara Barat ke arah perubahan yang lebih demokratis dan transparan. Amerika Serikat yang menganggap dirinya sebagai negara demokrasi dan pahlawan penegak HAM, telah memain­kan perannya dalam percaturan dunia dengan banyaknya ikut campur masalah-masalah negara lain termasuk di dalamnya masalah demokrasi dan penegakan HAM. Hal ini telah membawa konsekuensi terhadap negara-negara berkembang, termasuk Indonesia yang mau tidak mau ikut bermain sesuai dengan peran yang sedang dimainkan oleh Amerika Serikat sebagai negara adi kuasa.
2. Nasional.
a. Perubahan global yang dramatis telah mendorong bangsa Indonesia untuk melakukan reformasi secara menyeluruh di segala aspek kehidupan dengan ditandai adanya berbagai tuntutan seperti demokratisasi, HAM, Hukum dan termasuk di dalamnya tuntutan terhadap TNI, khususnya TNI AD untuk melakukan reformasi internal. Akhir-akhir ini, TNI AD telah menjadi sasaran kritikan dan hujatan oleh sebagian kelom­pok masyarakat tertentu yang meng­ang­gap bahwa TNI AD telah banyak melanggar HAM dan tidak demokratis.
b. Tuntutan kebutuhan dan aspirasi masyarakat semakin berkembang dan meningkat sehingga menimbulkan berbagai masalah dan tantangan bagi Pemerintah dalam skala politik dan ekonomi secara luas. Kondisi seperti ini telah menciptakan suatu tantangan kepada TNI AD sebagai bagian integral TNI untuk mampu mengatasi kerawanan-kerawa­nan yang menga­rah kepada instabilitas nasional dan disintegrasi politik. Oleh karena demikian, prajurit TNI AD dituntut untuk lebih meningkat­kan kepekaan dan kemampuan sesuai bidang tugas yang diemban demi kepentingan bangsa dan negara.
V. Peningkatan Profesionalisme Dan Disiplin
Peningkatan profesionalisme dan disiplin prajurit TNI AD pada memerlukan suatu upaya yang terpadu dan prinsipnya berkesinam- bungan antara satu unsur dengan unsur lain yang terkait untuk mencapai sasaran yang diinginkan yaitu prajurit yang profesional yang dilandasi disiplin tinggi sesuai dengan tuntutan perubahan lingkun­gan.Profesionalisme dan disiplin yang merupakan dua hal penting yang terkait harus dimiliki prajurit TNI AD dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam Ketetapan MPR Nomor VII / 2000 . Kita sadari bahwa proses pencapaian sasaran selalu mengalami berbagai hambatan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan berbagai pemecahan mulai proses penyediaan tenaga (Diaga), Pendidikan, Latihan, sampai dengan proses pembinaan di satuan lingkungan TNI AD.
Upaya yang Dilaksanakan.
1. Aspek Profesionalisme. Profesionalisme berasal dari kata dasar profesi yang berarti suatu pekerjaan tertentu yang menuntut suatu keahlian tertentu dan kualifikasi tertentu melalui jenjang pendidikan dan pelatihan tertentu sehingga mampu melakukan jenis pekerjaan tertentu dan oleh karena demikian dibayar dengan pendapatan tertentu pula. Dengan demikian, profesional­is­me memerlukan adanya suatu kualifikasi (keahlian) yang diperoleh dari hasil pendidikan dan latihan.
Profesionalisme memerlukan disiplin, di mana dengan disiplin segala keharusan, tuntutan dan larangan dapat dipenuhi. Disiplin dan profesionalisme adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, di mana antara satu dengan yang lainnya saling mendukung. Di sisi lain bahwa profesionalisme juga menuntut adanya suatu keahlian tertentu (Expertise), tanggung jawab (Responsibility) dan kerjasama (Corporateness) 10). Oleh karena demikian, dapat kita lihat bahwa peningkatan profesionalisme prajurit dapat diperoleh dan ditingkatkan melalui suatu pendidikan dan latihan baik yang bersifat formal maupun informal di lingkungan satuan TNI AD maupun lembaga pendidikan yang efektif dan efisien dengan didasari disiplin yang tinggi.
Pembinaan dan peningkatan profesionalisme prajurit harus dilakukan secara berkesinambungan melalui suatu sistem dan pola yang beku sesuai kebutuhan dan tuntutan tugas yang berkembang masa kini (era reformasi) dan harus dihindari cara-cara yang berorientasi kepada selera individu (pimpinan). Hal tersebut perlu ditempatkan dan dikembalikan kepada sendi-sendi yang mendasari tentang keprajuritan. beberapa langkah yang perlu dipedomani di samping aspek-aspek lain (secara makro) dalam pembinaan dan peningkatan profesionalisme prajurit antara lain :
a. Penyediaan Tenaga (recruitment process). Proses penjaringan personel yang terarah dan konsisten pada aturan di mana proses seleksi menjadi sangat penting dan menentukan untuk memperoleh masukan yang lebih baik dan dan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil pembi­naan TNI AD. Oleh karena itu, upaya perbaikan manajemen operasional dalam proses tersebut harus dilakukan dengan sebaik-baiknya dengan menin­jau kembali kegiatan administratif proses seleksi pendidikan pembentukan. Stadarisasi dan persyaratan harus diarahkan pada upaya untuk menjaring calon yang lebih baik dan dapat diper­tanggung­ jawab­kan di lapangan. Mengingat perke­mba­ng­an teknologi yang menuntut sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, bahwa perlu dipertimbangkan penjari­ng­an calon prajurit (raw input) yang berpendidikan memadai dan potensi untuk dikem­bangkan serta melihat aspek psikologi dan kategori kepriba­di­an­nya yang dewasa.
b. Pemanfaatan dan pengua­s­aan kemajuan ilmu pengetah­uan dan teknologi serta sarana informasi lain yang dapat digunakan dalam mendu­kung peningkatan profesionalis­me prajurit. Dengan kata lain bahwa profesionalisme prajurit akan mening­kat karena interaksi kondisi lingkungan yang kondusif dengan adanya niat dan motivasi prajurit untuk lebih maju.
c. Unsur pimpinan satuan TNI AD sebagai pengguna hasil didik dan latihan di lembaga pendidikan untuk melanjutkan dan meningkatkan ketrampilan prajurit melalui pendidikan dan latihan dalam satuan baik terprogram maupun sesuai kebutuhan.
d. Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan yang merupakan sumber dan wadah untuk membentuk dan mengembangkan serta melatih dasar-dasar ketrampilan prajurit sesuai bidang perlu ditata kembali agar dapat mencipta­kan out put hasil didik yang profesional dengan pemenuhan sarana dan prasarana yang diperlukan secara efektif dan efisien. Proses pendidikan dan latihan ini merupakan suatu tahapan dalam siklus pembinaan TNI AD untuk menyiapkan prajurit yang profesional di bidangnya untuk dihadapkan pada lapang­an penu­gas­an. Oleh karena demikian, fungsi dan peran guru/pelatih menjadi sangat penting harus diambil dan prajurit yang terpilih dan profesional.
e. Untuk dapat berbicara di lingkungan global sesuai dengan perkembangan dunia, perlu bagi prajurit TNI AD untuk diberikan kesempatan yang lebih luas untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya melalui pendidikan dan latihan di luar TNI AD baik di dalam maupun di luar negeri.
f. Penggunaan personel melalui sistem TOA (Tour Of Area) dan TOD (Tour Of Duty) yang tepat dan memadai. Sistem ini merupakan sistem penugasan bagi personel militer, yang merupakan variasi dari bidang penugasan atau alih tugas. Hal ini diharapkan prajurit akan memperoleh suatu wawasan dan cakrawala pandang yang luas serta mampu mengaplikasi­kan ilmu pengeta­huan dan ketrampilan keprajuritan sesuai dengan bidang dan lapangan penugasan
2. Aspek Disiplin. Disiplin (discipline) yang merupakan suatu ketaatan dan kepatuhan terhadap suatu norma, hukum ataupun ketentuan-ketentuan lain yang berlaku harus dilakukan atas dasar kesadaran untuk melakukan sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya sebagai prajurit TNI AD. Dengan kata lain bahwa prajurit harus mampu mengendalikan diri 11) untuk selalu melaksanakan semua aturan yang berlaku tanpa ada paksaan dan harus tetap berpedo­man pada sendi-sendi Sapta Marga dan Sumpah Prajurit 12).
Namun demikian, dalam upaya untuk mendapatkan prajurit yang berdisiplin tinggi perlu suatu dorongan baik dari individu prajurit (internal) maupun dari luar (eksternal). Dorongan kuat dari dalam timbul dari adanya suatu kesadaran individu yang kuat tentang disiplin itu sendiri. Hal ini memerlukan suatu peran pimpinan (power) dalam suatu lingkungan tertentu dalam mencip­takan kondisi yang menuntut adanya kesadaran dari prajurit melakukan perbuatan sesuai aturan yang berlaku. Sehingga diri prajurit akan mendapat­kan out put rasa aman dan nyaman dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan dorongan kuat dari luar timbul sebagai akibat dari pengaruh luar baik dari unsur pimpinan maupun lingkungan.
Untuk menghindari adanya konflik-konflik internal dan eksternal sebagai akibat dari adanya disiplin kaku (mati), perlu adanya suatu kemampuan dalam kepemimpinan dari unsur pimpinan untuk mencipta­kan kondisi rasa aman dan nyaman dari prajurit untuk melaksanakan tugasnya atas dasar keyakinan akan kebenaran sesuai aturan yang berlaku dengan memberikan toleransi, ruang gerak, inovasi dan kreasi dari prajurit, sehingga akan tercipta suatu disiplin yang luwes (fleksibel). Ada beberapa langkah-langkah lain yang dapat ditempuh secara teratur dan berkesinambungan sesuai dengan norma-norma dasar keprajuritan antara lain :
a. Penanaman kesadaran prajurit akan pentingnya disiplin dalam kehidupan keprajuritan dan kemasyarakatan yang mensyaratkan prajurit akan selalu menjadi contoh dan teladan bagi lingkungan masyara­kat.
b. Pemberian pemahaman (sosi­alisasi) aturan-aturan yang berkaitan dengan disiplin keprajuritan yang berlaku terhadap prajurit dan keluarga dengan dibarengi adanya suatu penghargaan dan hukuman (reward and punishment).
3. Aspek Kepemimpinan. Peningkatan kualitas kepemimpinan memiliki peran yang penting dan menentukan karena berfungsi sebagai titik sentral dalam upaya pembinaan. Oleh karena demikian, maka upaya dapat diarahkan dengan cara meningkatkan pemahaman bagi seluruh pelaku manajemen di lingkungan TNI AD. Dalam mendukung efektifitas fungsi dan peran komando, maka pembinaan prajurit harus dikembangkan berdasarkan golongan baik Perwira, Bintara maupun Tamtama untuk meningkatkan fungsi dan peran masing-masing, yaitu melalui : rumusan fungsi yang jelas, tugas dan tanggung jawab serta kewenangan­nya serta mengem­bang­kan pendidi­kan yang bersifat pengemba­ngan umum dalam system pendidikan sesuai golongan. Karena itu, pola karir prajurit TNI AD harus mengarah pada pembentukan profesionalisme.
4. Aspek Kesejahteraan. Aspek ini mempunyai pengaruh langsung terhadap upaya peningkatan profesionalisme, disiplin serta motivasi dan kejuangan prajurit. Perhatian dan tindakan yang sungguh-sungguh dalam memecah­kan masalah kesejahteraan akan menentukan pencapaian upaya tersebut. Aspek kesejahteraan prajurit pada dasarnya menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan kehidupan prajurit dan keluarga. Oleh karena itu, dapat dikembangkan cara-cara untuk meningkatkan aspek kesejahteraan melalui upaya-upaya perbaikan dan pemenuhan akan kebutuhan mendasar prajurit, penyediaan sarana dan prasarana umum serta perbaikan lain yang mendukung langsung moril dan kesejahteraan prajurit sesuai dengan kemampuan.
VI. Penutup
1. Kesimpulan
a. Gerakan back to basics merupa­kan langkah awal dalam upaya pencapaian tujuan pembinaan TNI AD dalam penciptaan prajurit yang profesional dengan dilandasi disiplin yang tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk mengem­balikan jati diri prajurit profesional dengan dilandasi disiplin yang tinggi sebagai akibat dari adanya degradasi dan deviasi yang terjadi serta akibat dari pengaruh perubahan lingkungan.
b. Perkembangan lingkungan saat ini telah menciptakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh prajurit TNI AD. Hal ini telah membawa implikasi berupa tuntutan dan tantangan bagi prajurit TNI AD untuk meningkatkan profesionalisme dan disiplin prajurit sehingga memiliki tingkat kesiapan yang tinggi serta mampu dihadapkan pada tantangan tugas yang semakin kompleks.
c. Pembinaan TNI AD lebih diarahkan kepada pencapaian profesionalisme secara individu maupun organisasi, yang dimulai dari proses penyediaan tenaga (recruitment) sampai dengan proses pembinaan (diaga, pendidikan, penggunaan dan pemisahan)
2. Saran
Untuk mencapai profesionalisme prajurit TNI AD dengan dilandasi disiplin yang tinggi, maka perlu :
a. Penataan Doktrin yang tepat.
b. Penyiapan SDM.
c. Penataan Organisasi Militer yang disesuaikan dengan Tupok.
Sumber : http://www.mabesad.mil.id

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Komentarnya
Saran dan Kritik Anda Selalu Membuat Perbaikan Blog Ini

DHARAKA FC

Comment

 
Powered by Blogger